Ekonomi

Hari Sawit, momentum Gapki Kalbar perkuat program untuk kesejahteraan


Pontianak (ANTARA) – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kalbar menyatakan Hari Sawit Indonesia 18 November 2020 menjadi momentum untuk memperbarui dan memperkuat program strategis 2020 – 2025 terutama dalam memberikan dampak pada kesejahteraan.

“Memperbaharui program dalam rangka mewujudkan keinginan bersama sawit berperan strategi bagi perekonomian daerah Kalbar secara umum, terutama kesejahteraan pekebun sawit kita di lapangan,” ujar Ketua Gapki Kalbar Purwanti Munawir di Pontianak, Rabu.

Ia berharap untuk memajukan sektor perkebunan sawit faktor penghambat perlu diantisipasi secara bijak.

“Demikian pula faktor pendorong dalam menuju babak baru yaitu hilirisasi sawit di Kalbar perlu dikelola dengan berbekal semangat kebersamaan sesama stakeholder,” kata dia.

Sementara itu, sejauh ini peran sektor perkebunan terhadap nilai tukar petani (NTP) dan pertumbuhan ekonomi Kalbar memberikan dampak yang luas.

Tidak dipungkiri di Kalbar sektor perkebunan meski di tengah pandemii COVID-19 yang melanda Indonesia termasuk di Kalbar sejak Maret 2020  hingga kini menjadi penggerak utama sektor lainnya terutama bagi pelaku yang terlibat dan ekonomi daerah.

Bahkan sektor perkebunan kelapa sawit kini kian menjadi satu di antara andalan di tengah merosotnya atau resesi ekonomi dampak pandemi COVID-19 yang masih melanda dunia saat ini.

Provinsi Kalbar saat ini memiliki Luas Areal Penggunaan Lainnya (APL) mencapai 6,7 hektare dari 146.807 km² total luas provinsi yang memiliki 14 kabupaten dan kota.

Sebagian APL saat ini sudah dimanfaatkan untuk sektor perkebunan andalan Kalbar seperti tanaman kelapa sawit  mencapai 1,9 juta hektare, perkebunan karet 600 ribu hektare dan beberapa komoditas lainnya.

NTP tertinggi

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalbar mencatat Nilai Tukar Petani (NTP), Provinsi Kalbar pada pada Oktober 2020, sektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) sebesar 120,63 poin dari NTP secara menyeluruh yang sebesar 109,52 poin.

NTPR merupakan sektor tertinggi. Sisanya di tanaman padi dan paliwija, hortikultura, peternakan di bawah 100 poin. Hanya sektor perikanan yang bisa melewati 100 poin dan itu masih di bawah NTPR.

NTP merupakan indikator proxy kesejahteraan petani atau salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. Apabila NTP lebih besar dari 100 poin, berarti petani mengalami surplus. Harga produksi naik lebih besar dari kenaikan harga konsumsinya. Pendapatan petani naik lebih besar dari pengeluarannya. Sebaliknya di bawah 100 maka petani pendapatan defisit.

Kepala Dinas Perkebunan Kalbar, Heronimus Hero mengatakan bahwa NTP di sektor perkebunan di Kalbar memiliki NTP tertinggi dan sudah mencapai 120 poin karena faktor komoditas unggulan di sektor tersebut saat ini semakin membaik.

“Tren komoditas unggulan Kalbar seperti sawit dan karet saat ini mengalami kenaikan yang cukup baik. Itu tidak terlepas dari permintaan dan upaya pemerintah,” kata dia.

Kenaikan harga sawit didorong ekonomi dunia terutama negara tujuan ekspor CPO Kalbar mulai membaik. Dengan baiknya ekonomi tujuan ekspor sehingga mendorong permintaan CPO di Kalbar meningkat pula. Selain faktor permintaan luar, permintaan CPO dalam negeri kini juga meningkat. Hal itu didorong oleh kebijakan pemerintah untuk kebijakan B20 dan B30.

Kenaikan harga TBS sawit, CPO dan inti sawit terus membaik menjadi harapan dan bahkan bisa tembus di dari angka Rp2.000 per kilogram. Dengan harga naik, maka pendapatan petani dan kinerja perusahaan di Kalbar membaik pula. Hal itu tentu mendorong tingkat kesejahteraan petani dan daerah.

Dongkrak ekonomi

Dari data BPS Kalbar untuk struktur pertumbuhan ekonomi di Kalbar triwulan III-2020 dari lapangan usaha, pertanian, kehutanan dan perikanan memiliki andil terbesar mencapai 20,93 persen. Sedangkan secara umum ekonomi Kalbar dibanding triwulan III-2019 (y-on-y) terkontraksi 4,46 persen.

Kontraksi dialami oleh beberapa lapangan usaha dengan kontraksi terdalam yaitu Transportasi dan Pergudangan sebesar 28,77 persen, diikuti Jasa Lainnya sebesar 20,23 persen serta Penyedia Akomodasi dan Makan Minum sebesar 15,74 persen. Sedangkan lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan yang mempunyai andil ekonomi terbesar di Kalbar yaitu 20,93 persen tumbuh sebesar 0,84 persen.

Saat ini dari data Disbun Kalbar, dalam satu bulan, total transaksi kontrak untuk minyak kelapa sawit mentah atau CPO dari Kalbar mencapai sekitar Rp1 triliun. Aktivitas perkebunan sawit saja mengambil porsi besar dari berbagai aspek mulai dari sisi hulu maupun hilirnya.

Sektor perkebunan di Kalbar juga mampu menyerap tenaga kerja terbesar. Berdasarkan Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2020 jumlah angkatan kerja di Kalbar mencapai 2,61 juta orang. Jumlah penduduk bekerja pada setiap kategori lapangan pekerjaan menunjukkan kemampuan dalam penyerapan tenaga kerja. Struktur lapangan pekerjaan utama pada

Agustus 2020 didominasi oleh sektor pertanian yang di dalamnya petani yang di perkebunan sebesar 49,27 persen. Sisanya baru di perdagangan rumah, makan dan jasa akomodasi sebesar 19,18 persen dan sektor jasa kemasyarakatan sebesar 11,65 persen.





Sumber

Klik untuk berkomentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending

Ke Atas