Gaya Hidup

Harus Bagaimana ketika Anak Menangis saat Mau ke Sekolah?


Si Kecil akan masuk TK? Wah, pastinya Mums harap-harap cemas, ya. Nah, jika anak selalu menangis saat berangkat sekolah, kira-kira bagaimana ya menghadapinya? Padahal, Mums dan Dads berharap ia akan bersemangat. Apalagi, di sana ada anak-anak seusianya yang bisa dijadikan teman. Sebenarnya, wajar enggak sih bila anak menangis setiap kali harus berangkat ke sekolah? Bagaimana cara mengatasinya?

Mengapa Anak Selalu Menangis saat Mau Berangkat Sekolah?

Seharusnya, sekolah menjadi tempat yang menyenangkan bagi anak. Selain belajar, ia juga akan bermain dengan teman-teman sebayanya. Namun, bagaimana bila sejak akan berangkat dari rumah saja si Kecil sudah rewel, yakni menangis, mengamuk, dan tidak mau ke sekolah?

Sebenarnya, fase ini masih terbilang normal bila hanya berlangsung dalam 2 minggu pertama. Anak yang tadinya terbiasa banyak bermain di rumah, kini harus beradaptasi dengan lingkungan baru. Ekspresi rasa tidak nyamannya bisa berupa merajuk, menangis, hingga mengamuk. Intinya menunjukkan penolakan.

Bila sudah merasa nyaman dengan situasi di sekolah, biasanya anak akan berhenti menangis. Namun, bagaimana bila fase ini berlanjut dalam hitungan bulan? Apa yang bisa Mums lakukan? Menurut Jaquie Nickoriuk, psikolog anak dari Aspire Special Needs Resource Center di Red Deer, Alta, fase ini masih terhitung normal.

“Beberapa anak usia balita memang cenderung lebih waspada dan membutuhkan waktu lama untuk beradaptasi,” ujar Nickoriuk. Meskipun ada anak yang langsung tenang begitu Mums atau Dads keluar dari gerbang sekolah, proses ini juga berpotensi bikin Mums dan Dads ikut merasa sedih. Apalagi, wajah si Kecil yang bersimbah air mata tampak memelas sekali.

Tips Menenangkan Anak agar Tidak Menangis Lagi saat Berangkat ke Sekolah

Mums dan Dads bisa mencoba beberapa cara di bawah ini agar anak tidak menangis lagi saat berangkat ke sekolah:

  1. Membiasakan Anak dengan Prosesnya secara Bertahap

Jelaskanlah dengan penuh kesabaran apa saja yang akan si Kecil lakukan agar ia merasa lebih tenang. Misalnya, Mums bisa menjelaskan, “Nah, kita sekarang mau ke sekolah, ya. Mau ketemu teman-teman Adik di sana. Nanti sampai di sekolah, Mama akan peluk Adik. Setelah itu, Adik main sama teman-teman di dalam, ya. Nanti, Mama jemput lagi kalau sudah waktunya pulang.”

Joanne Baxter, psikolog sekaligus asisten dosen ilmu pediatri untuk Mount Royal University di Calgary, Kanada, menyarankan metode ini. Beritahu anak yang sedang dilakukannya bersama Mums sebelum tiba di sekolah. Cara ini dapat membantunya mempersiapkan diri, terutama secara mental.

  1. Membiarkan si Kecil Membawa Mainan Kesayangan

Saat beradaptasi dengan tempat atau lingkungan baru, anak pasti merasa canggung, tidak aman, atau bahkan takut. Untuk itu, ia membutuhkan sesuatu yang membuatnya merasa nyaman dan familier dengan suasana rumah, misalnya boneka atau robot kesayangannya. Bagi beberapa anak, mainan kesayangan bisa berfungsi sebagai pengalih perhatian. Sementara bagi yang lainnya mampu memberi mereka perasaan aman dan familier.

  1. Konsisten dengan Jadwal

Salah satu cara membiasakan anak beradaptasi dengan lingkungan sekolahnya adalah konsisten dengan jadwal. Usahakan jangan sampai datang terlambat, terutama saat menjemput anak sepulang sekolah.

Tidak hanya Mums yang akan senewen, perasaan negatif Mums akan memengaruhi suasana hati si Kecil. Bisa jadi, anak malah akan semakin uring-uringan dan enggan pergi ke sekolah. Bahkan, karena pernah punya pengalaman terlambat dijemput, anak menjadi sulit mempercayai Mums.

  1. Berpamitan dengan Cepat Tanpa Drama

Jangan berlama-lama saat mau pamitan dengan anak. Sesuai janji di awal, cukup beri si Kecil satu pelukan sebelum berbalik pergi. Hindari kabur diam-diam saat perhatian anak teralihkan oleh guru atau teman-teman sekelasnya. Perbuatan ini bisa membuat si Kecil enggan mempercayai Mums lagi karena merasa diperdaya. Biarkan anak belajar mengalami perpisahan secara terbuka dan tanpa berlarut-larut.

  1. Menenangkan Diri Sesudah Melepas Anak di Sekolah

Tenang, bukan hanya Mums yang ikut sedih saat anak menangis karena ditinggal di sekolah. Mechelle O’Brien, direktur Stepping Stones Montessori School di Toronto, Kanada, berpendapat itu adalah hal yang wajar terjadi pada setiap orang tua. “Orang tua merasa bersalah karena telah meninggalkan anak, meskipun demi kebaikan mereka,” ujarnya.

Namun, anak punya kontak batin kuat dengan orang tua. Jangan sampai si Kecil jadi tambah gelisah karena Mums merasa ragu meninggalkannya di sekolah. Segera tenangkan diri begitu meninggalkan sekolah. Misalnya, menarik napas panjang, beristirahat sejenak, atau minum teh chamomile. Toh, habis itu Mums juga akan menjemput si Kecil setelah sekolah usai.

  1. Tidak Memarahi Anak di Depan Umum

Hindari memarahi – apalagi sampai mengancam – anak di depan umum. Yang ada, si Kecil malah semakin gelisah karena merasa dipermalukan. Mums bisa membujuknya agar tidak menangis dengan menepati janji akan menjemputnya sepulang sekolah.

  1. Hindari Menjanjikan Imbalan dengan Tujuan Membujuk

“Kalau enggak nangis, nanti pulang sekolah Mama beliin es krim.” Hindari kebiasaan menjanjikan imbalan demi menghentikan tangis si Kecil. Yang ada, anak akan berharap imbalan setiap kali berkelakuan baik. Bahkan, anak bisa mencoba memanipulasi Mums dengan pura-pura menangis demi mendapatkan imbalan yang sama setiap hari.

  1. Puji si Kecil saat Menjemputnya Sepulang Sekolah.

Tidak memberikan imbalan berupa mainan atau camilan bila si Kecil berhenti menangis saat mau ke sekolah? Itu bagus. Namun, tidak ada salahnya kok kalau Mums tetap ingin memuji tindakan terpujinya saat menjemputnya sepulang sekolah. Sesuaikan pujian dengan pencapaian anak dalam mengatasi rasa takut dan cemasnya.

Bagaimana Bila Anak Masih Menangis saat Berangkat ke Sekolah?

Semua cara di atas sudah dicoba, tetapi masih saja anak menangis saat berangkat ke sekolah? Harus bagaimana? Hmm, mungkin saatnya Mums mengecek lingkungan dan kondisi sekolah lebih lanjut. Apakah anak menjadi korban perisakan di sekolah oleh teman sekelasnya? Apakah gurunya galak dan suka memberikan hukuman?

Crystal Janes dari West Coast Child Care Resource Center di Vancouver, Kanada, menerangkan bahwa ada anak-anak yang kewalahan saat digabung ke dalam kelas dengan jumlah murid yang banyak. Mungkin saja si Kecil lebih cocok berada di kelas yang lebih kecil, dengan guru yang bisa lebih berkonsentrasi terhadap setiap anak.

Anak menangis saat berangkat ke sekolah merupakan fase wajar. Semoga semua tips di atas dapat membantu Mums mengatasi masalah ini. (AS)

Referensi

Today’s Parent: What to do if your preschooler won’t stop crying at drop-off

Parents: When Your Child Doesn’t Want to Go to School

https://raisingchildren.net.au/school-age/school-learning/school-refusal/school-refusal





Sumber

Klik untuk berkomentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending

Ke Atas