Ekonomi

Menjaga kedigdayaan komoditas ikan hias asal Indonesia


Jakarta (ANTARA) – Tidak banyak yang mengetahui, tetapi Republik Indonesia tidak pernah absen menjadi lima besar negara pengekspor ikan hias Indonesia ke pasar dunia sejak tahun 2010.

Untuk itu, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengingatkan pentingnya untuk mengoptimalkan potensi produksi dan ikan hias Indonesia, namun dengan tetap memperhatikan aspek perlindungan dan pelestarian ekosistem perairan.

Menteri Trenggono pada 7 Maret 2021 juga sudah meresmikan Pusat Koi dan Maskoki Nusantara di Raiser Ikan Hias Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dalam rangka menyiasati semakin pesatnya peluang ekspor komoditas ikan hias Indonesia.

Trenggono meyakini bahwa dengan diresmikannya Pusat Koi dan Maskoki Nusantara di Raiser Ikan Hias Cibinong, turut membantu pengembangan industri ikan hias di Tanah Air.

Berdasarkan catatan KKP, ekspor ikan hias Indonesia senilai 33 juta dolar AS pada 2019, meningkat signifikan dari tahun 2012 sebesar 21 juta dolar AS. Selain itu, nilai ekspor ikan hias Indonesia pada tahun 2019 tersebut juga merupakan 10,5 persen dari pasar ikan hias dunia.

Komoditas ikan hias ekspor Indonesia antara lain adalah napoleon wrasse, arwana, cupang hias, dan maskoki. Sedangkan negara tujuan utama ekspor ikan hias Indonesia adalah China, Amerika, Rusia, Kanada, dan Singapura.

Peresmian Pusat Pengembangan dan Pemasaran Ikan Hias – Raiser Ikan Hias di Cibinong, Bogor ini ditujukan pula untuk menyiasati peluang pasar baru dan promosi, serta memacu dan meningkatkan pangsa pasar ikan hias Indonesia di dunia internasional.

Seperti diketahui, raiser ikan hias ini satu-satunya fasilitas pengembangan dan pemasaran ikan hias terbesar milik pemerintah.

Menteri Trenggono mengutarakan harapannya agar kehadiran raiser ikan hias di Cibinong, selain menjadi pusat pengembangan industri dan pemasaran ikan hias, juga dapat meningkatkan kualitas, menjadi penyangga stok, sarana edukasi dan pusat informasi ikan hias Indonesia.

Sementara itu, Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Artati Widiarti menerangkan bahwa Indonesia memiliki 4.552 jenis spesies ikan hias bahkan 440 diantaranya merupakan endemik tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Meski begitu, lanjutnya, saat ini pembudidaya ikan hias Indonesia umumnya masih berskala kecil. Selain itu, jenis ikan, waktu pengiriman, dan modal yang mereka miliki cenderung terbatas, ditambah lagi dengan kualitas produk yang relatif masih rendah.

Andalan ekonomi

Dirjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Slamet Soebjakto menyatakan, budidaya ikan hias bisa menjadi andalan ekonomi sektor kelautan dan perikanan karena berpotensi meningkatkan pendapatan warga masa pandemi COVID-19.

Hal tersebut, lanjut Slamet, karena sektor usaha produktif seperti budi daya ikan hias telah terbukti dapat meningkatkan kesejahteraan pembudidaya di berbagai daerah.

“Bisnis budi daya ikan hias termasuk salah satu peluang usaha baru yang banyak dilirik oleh masyarakat karena menjanjikan keuntungan yang besar apabila ditekuni,” jelas Slamet.

Slamet menilai kemajuan internet dan teknologi digital seperti akses belanja daring turut mempermudah pemasaran produk perikanan seperti ikan hias.

Ia memaparkan, budidaya ikan hias layak untuk dijadikan komoditas unggulan dalam budi daya karena memiliki berbagai keunggulan seperti sistem budi daya yang tidak memerlukan lahan yang luas, nilai jual yang lebih tingi dibandingkan dengan ikan konsumsi serta perputaran uang yang lebih cepat dalam usaha sehingga pelaku usaha dapat lebih cepat dalam pengembalian modal.

Dirjen Perikanan Budidaya KKP menegaskan, guna mendukung peningkatan industri ikan hias nasional, selain terus melakukan program diseminasi melalui webinar dan pelatihan, pihaknya juga kerap melakukan koordinasi dengan asosiasi serta pelaku usaha ikan hias untuk dapat menyinkronkan program beragam pemangku kepentingan dengan pemerintah.

Sebagai informasi pada tahun 2020 KKP menyalurkan bantuan sarana dan prasarana budi daya ikan hias sebanyak 50 paket bantuan kepada masyarakat berupa benih, pakan, wadah budi daya, obat-obatan, sarana budi daya seperti instalasi air dan listrik, serta peralatan pendukung lainnya. Untuk tahun 2021 KKP akan kembali menyalurkan paket bantuan budi daya ikan hias sebanyak 150 paket.

Solusi demografi

Selain menjadi andalan membuka usaha baru di tengah pandemi, Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP Artati Widiarti menyatakan bahwa bisnis ikan hias yang semakin berkembang di tengah masyarakat, juga bisa menjadi solusi untuk mengatasi beban bonus demografi Indonesia.

“Ke depan bisnis ikan hias menjadi salah satu solusi yang dapat ditawarkan juga untuk mengatasi bonus demografi. Namun demikian, usaha ini harus didesain menjadi usaha yang besar dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi,” kata Artati Widiarti.

Artati mengatakan, pelaku usaha ikan hias selama ini berhasil memanfaatkan masa-masa di rumah saja sebagai peluang untuk mengembangkan bisnis. Bahkan sampai membuat booming bisnis ikan hias di Tanah Air.

Disebutkan, pelaku usaha ikan hias tidak perlu ragu dalam pembiayaan usaha, karena ada Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang memberikan pembiayaan usaha kepada individu dan atau kelompok dengan bunga cukup rendah yakni 6 persen per tahun.

Selain itu, KKP melalui Badan Layanan Umum Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (BLU LPMUKP) juga memberikan akses pinjaman modal dengan bunga 3 persen per tahun.

Saat ini, LPMUKP KKP telah menyediakan layanan pendamping di 236 lokasi tersebar di 357 kabupaten/kota.

Sejumlah daerah juga tercatat telah mengalami peningkatan ekspor komoditas ikan hias, seperti dari Bandung, Jawa Barat.

Kepala Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Bandung, Dedi Arief mengungkapkan, selama pandemi ekspor ikan hias malah naik.

Dedi Arief memaparkan selama 2018, BKIPM Bandung mengekspor sebanyak 20.431.156 ekor ikan hias senilai Rp73,3 miliar.

Angka ini kemudian meningkat menjadi 21.672.096 ekor dengan nilai Rp79,9 miliar selama tahun 2019. Kemudian pada 2020, Dedi mengurai angka lonjakan ekspor sebesar 23.317.318 ekor dengan nilai Rp93,3 miliar.

Dengan demikian, lanjutnya, Dari sisi nilai ekspor, lonjakannya sebesar 16,68 persen di tengah kondisi pandemi.

Komoditas ikan hias yang sangat diminati oleh pasar ekspor, ujar dia, di antaranya adalah tetra, rasbora dan udang hias. Adapun kolektor peminat ikan-ikan hias ini antara lain berasal dari 51 negara, di mana tiga besar di antaranya ialah Jepang, Amerika Serikat dan Singapura.

Berdasarkan pendataan BKIPM Bandung, terdapat 100 pembudidaya yang bekerjasama dengan eksportir melalui skema kemitraan, di mana masing-masing pembudidaya memiliki sekitar 3-4 orang pekerja.

Dedi memastikan jajarannya akan terus memberikan pelayanan guna meningkatkan ekspor dari Bandung. Bahkan, dia menegaskan tak segan untuk jemput bola agar para pelaku usaha tertarik untuk menjadi eksportir.

Dengan adanya tekad dan komitmen baik dari pusat maupun daerah untuk komoditas ikan hias, begitu pula dengan semangat dari pemangku kepentingan termasuk para pelaku usaha, maka Indonesia diyakini juga akan dapat menjaga kedigdayaannya dalam perdagangan ikan hias global.

 





Sumber

Klik untuk berkomentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending

Ke Atas