Traveling

Vaksin COVID-19 dan misi para nabi


Jakarta (ANTARA) – Awal 2021 menjadi harapan bagi umat manusia di segala penjuru dunia termasuk di tanah air. Di Indonesia sebanyak 3 juta dosis vaksin COVID-19 mulai disebar ke 34 provinsi.

Daerah mulai menyiapkan fasilitas, sarana, dan petugas untuk vaksinasi tahap pertama bagi tenaga kesehatan.

Namun, di tengah upaya pemerintah di segala penjuru dunia berjuang mewujudkan vaksin, masih saja ada sekelompok orang yang mengkampanyekan anti vaksin dengan berbagai macam cara.

Para pemimpin agama memiliki peran strategis membantu pemerintah membawa umat manusia keluar dari pandemi, termasuk menunjukkan bagaimana idealnya posisi agama-agama dalam mendorong upaya vaksinasi diterima oleh umat beragama.

Tentu para pemimpin agama harus mengajak umatnya berpikir ulang di mana posisi agama idealnya dalam misi penyelamatan umat manusia. Sejarah agama dengan para nabi sebagai pemimpinnya selalu berada di posisi terdepan dalam menyelamatkan manusia.

Seandainya para nabi masih hidup serta menghadapi pandemi Covid 19 di abad ini, maka mereka akan menjadi pionir penyelamat umat manusia. Para nabi modern itu akan seperti Nuh yang berupaya menyelamatkan manusia dengan perahu besarnya dari bahaya banjir bandang.

Mereka juga akan menolong umat manusia seperti Yusuf mengatasi krisis pangan di Mesir. Para nabi juga akan meminta manusia membatasi mobilitas dan aktifitas penduduk seperti Muhammad menghadapi wabah penyakit tha’un.

Para nabi memang ditugaskan menjadi penyelamat kehidupan bukan hanya di akhirat, tetapi juga menyelamatkan kehidupan manusia di dunia. Dalam kitab suci Al Quran misalnya disebutkan barang siapa yang menyelamatkan satu nyawa, maka seperti menyelamatkan seluruh nyawa manusia.

Demikian pula dalam Alkitab dituliskan bagaimana Isa adalah seorang penyembuh yang mengobati beragam penyakit yang diderita umatnya bahkan penyelamat umatnya dari kematian.

Bila para nabi masih hidup di era modern ini, mereka akan menjadi penganjur para peneliti untuk terus bekerja keras menemukan dan memperbaiki kualitas vaksin COVID-19.

Baca juga: MUI tuntaskan fatwa halal Vaksin COVID-19 Sinovac

Hukum alam

Mereka juga akan meminta umatnya menjadi relawan untuk uji klinis vaksin yang ditemukan para peneliti di berbagai penjuru dunia. Bahkan, para nabi akan menganjurkan umatnya menerima vaksin sebagai upaya mencegah umat manusia dari kepunahan.

Tentu para nabi juga akan menjadi penerang yang membimbing manusia untuk mengenakan masker, menjaga jarak fisik, mencegah kerumunan, serta membatasi aktivitas yang tak perlu. Dengan kata lain, para nabi akan menjadi ambil bagian terdepan untuk menyelamatkan kehidupan manusia.

Para pemimpin agama harus mampu menunjukkan bahwa kewaspadaan terhadap ancaman COVID-19 adalah bagian dari ekspresi keimanan manusia pada Tuhan. Keimanan manusia pada Tuhan juga harus diikuti dengan kerelaan memahami watak hukum alam (law of nature) yang dalam agama Islam sering juga disebut sebagai sunatullah, hukum-hukum Tuhan yang berlaku di alam semesta.

COVID-19 adalah bagian dari alam yang memiliki watak hukum alam (rule of nature) yang khas seperti bentuk virusnya, pola penyebarannya, lingkungan optimalnya, vektornya, inangnya serta cara pencegahannya.

Ilmu pengetahuan menjadi alat untuk mengungkap perilaku hukum alam COVID-19 agar manusia mampu mencegah penyebarannya dan mampu beradaptasi sehingga terhindar dari kepunahan umat manusia. Vaksin untuk Covid 19 adalah salah satu upaya dari pencegahan.

Dengan kata lain meremehkan Covid 19 dengan mengabaikan segala protokol kesehatan dapat dianggap sebagai ekspresi pengingkaran kepada hukum Tuhan atau pengingkaran terhadap sunatullah.

Demikian pula kampanye menolak vaksin yang dilakukan oleh sebagian umat beragama dapat dianggap kegagalan umat tersebut memahami sunatullah dan memahami ilmu pengetahuan sebagai alat untuk mengungkapnya.

Tentu harus disadari ilmu pengetahuan terus mengalami perkembangan sehingga perjalanan percobaan dan penemuan vaksin tidak selalu mulus.

Selalu ada kegagalan sampai kemudian terus disempurnakan hingga aman bagi umat manusia. Kegagalan itu juga pasti ditemui oleh pengikut Nabi Nuh ketika membuat bahtera raksasa yang belum pernah dibuat di zamannya.

Kegagalan memilih kayu atau membuat pasak tentu terjadi, tetapi Nuh dan pengikutnya terus memperbaiki kesalahannya. Dari pengamatan pada kegagalan itulah maka penyempurnaan terus menerus dilakukan dengan tahapan-tahapan yang ketat.

Baca juga: Kapuas Hulu dapat kuota 420 vial vaksin COVID-19

Misi para nabi

Proses pengamatan pada kasus-kasus kegagalan adalah bagian dari perkembangan ilmu pengetahuan di bidang vaksin untuk penyempurnaan. Kasus-kasus itu bukan menjadi pembenar kalangan yang berkampanye untuk menolak vaksin.

Terakhir, kita semua menyadari bahwa para nabi tidak mungkin lagi dilahirkan di era modern untuk membimbing manusia keluar dari pandemi.

Penerus para nabi –dalam keyakinan Islam–adalah ulama. Dalam makna generiknya ulama bermakna merujuk pada orang-orang yang berilmu (plural). Ulama adalah kata jamak dari kata tunggalnya: alim, yang berarti orang berilmu.

Mari kita semua orang-orang berilmu membimbing umat manusia keluar dari pandemik untuk meneruskan misi para nabi-nabi terdahulu.

Pemerintah sudah mendatangkan 3 juta dosis vaksin dari sebuah perusahaan dari China dan pemerintah juga menjamin kualitas vaksin COVID-19 tak akan rusak saat proses distribusi ke seluruh wilayah Indonesia

Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito dalam telekonferensi pers dari Kantor Presiden, Jakarta, Selasa, mengatakan pemerintah dua kali menerima jutaan dosis vaksin dari perusahaan Sinovac asal China di Bandara Soekarno-Hatta, Banten, 6 Desember 2020, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memberi lot release sebagai upaya mengawal mutu vaksin.

Saat ini, proses distribusi vaksin ke berbagai daerah di Tanah Air pun dilakukan dengan pengawasan yang ketat.

Vaksin yang saat ini sedang didistribusikan ke berbagai daerah akan tetap diawasi dengan melakukan sampling berbasis risiko di UPT Badan POM di tingkat provinsi, kabupaten, kota di seluruh Indonesia.

Meski sudah mulai didistribusikan, pelaksanaan vaksinasi Covid-19 masih menunggu izin penggunaan darurat vaksin (emergency use authorization/EUA) dari BPOM. 

Badan inj sedang mengawasi dan mengevaluasi terhadap tahapan uji klinis vaksin sebelum nantinya menerbitkan EUA.*

*) Destika Cahyana adalah Ketua bidang penelitian dan pengkajian DPP GEMA Mathla’ul Anwar

Baca juga: Kota Pontianak penerima vaksin COVID-19 perdana di Kalbar

Baca juga: 18.360 vial vaksin COVID-19 tiba di Kalbar

Baca juga: Polda Kalbar kawal kedatangan vaksin Sinovac dari Bandara ke Dinkes Kalbar

10.000 dosis vaksin COVID-19 siap didistribusikan ke 272 faskes di Pontianak







Sumber

Klik untuk berkomentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending

Ke Atas