Traveling

Webinan “Serumpun Berpantun”, membumikan pantun sebagai warisan budaya dunia


Pontianak (ANTARA) – Asosiasi Tradisi Lisan (ATL), Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kalbar, dan Teraju.id menyelenggarakan acara Webinar Serumpun Berpantun dengan tema “Pantun Sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia” secara daring dan luring pada Rabu (16/12).

Webinar ini merupakan bagian dari rangkaian acara rekor berbalas pantun terlama berskala internasional, untuk mendukung pantun sebagai bentuk Warisan Budaya Tak Benda yang akan dibawa ke United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).

Rangkaian acara dimulai dari sekapur sirih oleh Ketua Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kalbar Prof Dr Chairil Effendy dan dilanjutkan kata sambutan sekaligus pembukaan secara resmi oleh Direktur Film Musik dan Media Baru, Direktorat Jendral Kebudayaan Kemendikbud, Jakarta, Ahmad Mahendra.

Webinar Serumpun Berpantun ini telah menghadirkan sembilan pembicara yang dipandu oleh Agus Muare dan Aida Mochtar. Acara diadakan secara daring melalui akun Zoom dan Kanal Youtobe Teraju.id, dan secara luring berlokasi di Gedung Utama Rumah Melayu, Pontianak dimulai pada pukul 08.00 – 11.00 WIB.

Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji mengatakan ia mendukung penuh Pantun Sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO. Ia menegaskan bahwa pantun tercatat secara resmi sebagai bagian dari budaya Melayu dan masyarakat yang tak dapat dipisahkan. Oleh sebab itu, pantun harus dikembangkan dalam aspek kehidupan sehari-hari.

Sementara Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono menambahkan, momentum membesarkan pantun di Kota Pontianak melalui peringatan hari jadi Kota Pontianak dengan beragam kreativitas masyarakat.

Ketua ATL Dr Prudentia dalam penyampaian materinya mengharapkan pantun sebagai nominasi Budaya Internasional pada sidang UNESCO yang dilaksanakan Kamis (17/12).

“Karena pantun adalah produk budaya tertua Melayu yang bukan hanya sebagai masa lalu, namun juga masa depan dapat dilihat dari nilai-nilai yang masih relevan pada masa kini.” tuturnya.

Sementara, Datuk Zainal Abidin Borhan, Ketua Satu Gapena Malaysia menuturkan dengan adanya Webinar Serumpun berpantun, dapat mempersatukan budaya Melayu dari berbagai negara.

Kemudian penulis dan penyair yang berasal dari Brunei Darussalam, Jefri Ariff menceritakan bahwa kedudukan pantun di negaranya masih segar, dikembangkan dalam konteks berbagai acara di Brunei, seperti konteks sosial, dan di media sosial.

“Kemuliaan pantun, dipersembahkan melalui perlombaan pantun di Brunei.” jelas Jefri, pada sesi penyampaian materi.

Selanjutnya Datuk Jasni Matlani, Presiden Dewan Bahasa- Sabah, Malaysia mengungkapkan pantun dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat dengan berbagai penyebutan.

“Bagi masyarakat Ambon pantun Melayu dikenal sebagai panton, pantun juga merupakan ciri khas panjang, namun bagi orang Sunda pantun melayu itu dikenal sebagai sisindiran, sedangkan orang Jawa mengenal pantun sebagai parikan.” jelasnya.

Agus Setiadi, Ketua Umum Persatuan Orang melayu (POM) memaparkan, sosialisasi pantun perlu dilakukan dalam kegiatan-kegiatan besar agar tidak tenggelam oleh zaman, terkhususnya kaum milenial melalui kegiatan yang dikemas semenarik mungkin agar menarik perhatian kaum muda.

Seorang akademisi dari kepulauan Riau, Rendra Setyadiharja menyatakan perkembangan pantun di Riau. Pantun hadir sebagai tradisi lisan seperti adat perkawinan, berbalas pantun, pidato dan lainnya. Selain itu, pantun ada dalam bentuk tulisan seperti antalogi dan karya tulis, pantun juga dikembangkan sebagai seni-seni pertunjukan. Pantun melayu Riau sudah ditetapkan WBTB Indonesia. Namun, transformasi pantun dari masa ke masa, khazanah negeri pantun perlu ditingkatkan seperti dikembangkan di media sosial.

“Di sini juga sudah dibuat dalam bentuk permainan pantun, seperti kartu pantun dan ular tangga pantun.” tambahnya.

Pada akhir webinar, Prof. Dr. Chairil Effendy, Ketua MABM Kalbar menjelaskan, pada dasarnya pantun adalah sastra original Nusantara. Pantun dapat dijadikan sebagai media pendidikan karakter yang kaya akan nilai-nila kehidupan sehingga menciptakan karakter dan akhlak mulia dan penuh kearifan budaya bangsa di tengah krisis moral yang terjadi.

“Melalui pantun, sosial dan budaya yang berubah dapat diperbaharui dan dapat membumikan resolusi peradaban bangsa untuk lebih baik.” tuturnya jelas dalam penyampaian materi terakhir Webinar Berpantun.





Sumber

Klik untuk berkomentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending

Ke Atas