Gaya Hidup

Sinyal Resesi Ekonomi Makin Jelas, Ini Strategi Menghadapinya!


Setelah Singapura mengumumkan resesi ekonomi, negara kita nampaknya tinggal menunggu waktu, Geng! Pandemi Covid-19 membuat semua aktivitas ekonomi terhambat, dan hampir semua negara mengalami resesi. Menteri Keuangan Sri Mulyani pada Kamis (15/7) mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal kedua tahun ini akan minus 4,3%. Artinya resesi ekonomi sudah di depan mata

Seram ya membayangkan resesi ekonomi. Bagaimana menghadapinya? Berikut ini ada 8 strategi yang bisa diterapkan di keluarga, ketika resesi ekonomi benar-benar terjadi.

Baca juga: 7 Tips Kelola Keuangan di Tengah Pandemik Coronavirus

Strategi Menghadapi Resesi Ekonomi

Meskipun tidak ingin dan tidak siap, kita tetap akan berhadapan dengan dampak resesi ekonomi yang sudah di depan mata. Tentunya akan banyak aspek kehidupan kita yang terpengaruh, mulai dari keuangan keluarga, pendidikan anak, hutang dan cicilan, dan masih banyak lagi.

1. Kehilangan Pekerjaan

Kehilangan pekerjaan menjadi ancaman paling serius selama resesi. Saat tulang punggung keluarga kehilangan pekerjaan, stabilitas keluarga ikut terguncang. Status, harga diri, kesehatan, dan kesejahteraan secara umum dapat turun drastis akibat hilangnya penghasilan.

Sejarah mencatat bahwa resesi akan selalu diikuti dengan kenaikan angka pengangguran di semua sektor pekerjaan. Bagaimana kita akan membiayai hidup dan membayar cicilan, jika tidak lagi memiliki penghasilan? Agar tidak terjerumus pada rasa frustrasi dan depresi, berikut kiat dan strategi saat kehilangan pekerjaan.

Kiat dan Strategi

Solusi jangka pendek saat kehilangan pekerjaan dan tidak memiliki tabungan darurat adalah mengajukan klaim PHK, meminjam uang ke teman dekat atau keluarga, dan langsung mencari pekerjaan lain meskipun dengan gaji lebih rendah.

Jangan menunggu mencari pekerjaan sempurna dengan gaji yang sama atau lebih tinggi dari pekerjaan sebelumnya. Kamu juga bisa mengambil pekerjaan paruh waktu untuk mendapatkan penghasilan langsung, sebelum menemukan pekerjaan tetap.

Bagi yang lajang dan memiliki tabungan, bisa mengambil pendidikan lanjutan atau kursus tambahan yang akan berguna saat mencari pekerjaan. Mungkin ini saatnya untuk beralih ke pekerjaan baru. Pilih jalur karier baru dengan bijak. Jika perlu pindah ke kota baru untuk mendapatkan fresh money.

Baca juga: Cara Mengurangi Beban Psikologis Akibat PHK

2. Kehidupan keluarga

Kehilangan penghasilan dan tidak kunjung menemukan pekerjaan lagi membuat siapapun rentan mengalami stres. Stres dapat menyebabkan rusaknya hubungan di keluarga. Beberapa keluarga pun terpaksa harus mengubah rencana dengan menjual rumah, anak-anak pindah sekolah, dan membatalkan liburan.

Kiat dan Strategi

Di masa sulit, keluarga dapat bekerjasama untuk mengatasi perubahan akibat resesi ekonomi. Ambil sisi positif, di mana semua Kamu bisa menghabiskan waktu lebih banyak di rumah bersama anak, orang tua, atau pasangan. Rencanakan perubahan bersama seluruh anggota keluarga, di tengah peluang sekecil apapun. Jika keluarga kompak, tentu akan ada jalan.

3. Perubahan Gaya Hidup

Pengurangan pendapatan menyebabkan berkurangnya biaya hiburan dan bersenang-senang. Orang cenderung mengurangi pengeluaran ekstra selama resesi, dan berdampak pada penurunan standar gaya hidup.

Kiat dan Strategi:

Dibutuhkan penyesuaian pada seluruh anggota keluarga. Jika sebelum resesi, keluarga Kamu selalu punya dana untuk berlibur ke luar kota atau luar negeri, makan di restoran, belanja ke mal, ngopi di cafe, mulai sekarang pangkas semuanya. Lagi pula, pandemi juga tidak memungkinkan melakukan semua itu.

Anak-anak mungkin tidak sepenuhnya memahami dampak resesi terhadap keuangan keluarga. Bicarakan dengan anak-anak tentang kebiasaan apa saja yang akan berubah, dan ajarkan tentang pengelolaan keuangan. Namun, jangan membangun harapan bahwa badai akan segera berlalu. masih terlalu dinidan tidak ada yang tahu pandemi ini di masa depan. Setelah masa resesi selesai pun, pengencangan ikat pinggang masih diperlukan.

Baca juga: Mums, Yuk Ajarkan Si Kecil Mengenai Konsep Keuangan

4. Investasi

Keuangan keluarga mungkin tidak menyisakan dana untuk investasi jangka pendek maupun jangka panjang. Maka Kamu terpaksa menghentikan investasi rutin, dengan harapan nanti bisa mengejar ketertinggalan saat ekonomi membaik.

Boro-boro investasi, Kamu mungkin malah harus mencairkan dana pensiun, investasi reksa sana, saham, emas, dan surat berharga lain karena kesulitan keuangan. Tidak perlu risau, karena mendapatkan dana tunai adalah prioritas saat resesi.

Kiat dan Strategi:

Menggunakan dana pensiun untuk membayar berbagai pengeluaran dan tagihan harus menjadi pilihan terakhir. Jika menggunakan uang yang dialokasikan untuk dana pensiun atau pendidikan anak menjadi tidak terhindarkan, sebisa mungkin jangan dihabiskan. Gunakan uang itu untuk membayar tagihan-tagihan penting saja, seperti hipotek, pembayaran mobil, dan utilitas.

5. Peluang Bisnis

Semua pengusaha akan mengalami kekurangan dana, termasuk pengusaha yang ingin memulai usaha dengan mendapatkan pinjaman. Maka pahamilan bahwa resesi mungkin bukan saat yang tepat untuk memulai bisnis baru, dan ide bisnis mungkin perlu ditunda. Lanjutkan untuk menggali ide-ide baru dan mencari investor atau mitra bisnis. Tetapi, fokuskan daya dan upaya Kamu untuk mendapatkan penghasilan langsung demi menghidupi keluarga.

Baca juga: Stres Masalah Keuangan? Ini Cara Mengatasinya!

6. Pendidikan

Banyak keluarga tidak mampu mengirim anak-anak mereka ke perguruan tinggi atau memasukkan ke sekolah terbaik selama resesi. Kamu mungkin perlu memikirkan kembali rencana kuliah, dengan mencari alternatif sumber dana untuk membiayai pendidikan. Coba cari semacam beasiswa atau bekerja sambilan.

7. Kredit dan Utang

Hutang dan cicilan tidak mengenal resesi. Artinya pembayaran terus berjalan. Terlambat menyicil, atau tidak bayar justru akan semakin membebani keuangan Kamu.

Kiat dan Strategi:

Keluarga harus memprioritaskan pengeluaran untuk pembayaran hutang dan cicilan, selain untuk biaya hidup. Jika memungkinkan, ajukan ke pihak peminjam tentang keterlambatan bayar. Namun untuk cicilan rumah, kendaraan, atau kartu kredit, pastikan Kamu mampu membayarnya untuk menghindari penyitaan, penggusuran, atau nilai utang yang semakin membengkak karena bunga.

8. Menentukan Prioritas Kebutuhan

Kamu harus memahami perbedaan antara kebutuhan dan keinginan. Selama resesi, keluarga tetap membutuhkan tempat yang aman untuk tinggal, pakaian layak, makanan, dan akses ke perawatan kesehatan yang terjangkau. Ketika prioritas harus bergeser selama krisis ekonomi, maka fokus pada kebutuhan untuk bertahan hidup, yakni tempat tinggal dan makanan.

Kiat dan Strategi:

Mempelajari cara memprioritaskan pengeluaran, beradaptasi karena kehilangan pendapatan, dan membuat perubahan gaya hidup memang tidak mudah. Itulah tujuan sebuah keluarga, dengan mengandalkan satu sama lain, kompak dan saling mengerti.

Sesulit apapun resesi ekonomi berdampak pada kehidupan keluarga, Kamu harus bisa mengendalikan situasi untuk mengurangi dampak negatif resesi. Berilah contoh yang baik untuk anggota keluarga lainnya, bahwa dengan saling memahami dan bekerjasama, badai pun bisa dilalui.

Baca juga: Trik Berbelanja Kebutuhan Si Kecil agar Hemat

Referensi:

Cnbcindonesia.com. Sri Mulyani proyeksikan ekonomi

Moneycrashers.com. Effects recession families



Sumber

Klik untuk berkomentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending

Ke Atas