Ekonomi

Disbun Kalimantan Barat dorong hilirisasi produk sektor perkebunan


Pontianak (ANTARA) – Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar), Heronimus Hero mendorong agar perusahaan yang bergerak di sektor perkebunan seperti perusahaan kelapa sawit untuk melakukan hilirisasi.

“Saat ini sudah ada perusahaan membuat produk turunan kelapa sawit, meskipun minim. Tentu harapan kita bukan hanya produk setengah jadi, CPO yang dijual namun produk langsung dipakai,” katanya.

Ia menilai hilirisasi sangat penting untuk menambah nilai dari tanaman kebun sawit. Dengan luas kebun sawit di Kalbar capai 1,7 juta hektare tentu menjadi potensi yang besar.

“Kalau langsung membuat produk hilirisasi maka menambah nilai. Selain itu akan menyerap tenaga kerja dan harga dari petani bisa meningkat,” paparnya.

Ia mencontohkan perusahaan yang sudah eksis dihilirisasi sawit seperti PT Wilmar yang saat ini sudah berkontribusi dalam produk olahnya berupa minyak goreng. Bahkan minyak goreng juga untuk memenuhi kebutuhan luar Kalbar.

“Saat ini 30 persen kebutuhan minyak goreng Kalbar sudah dipenuhi oleh produsen dari PT Wilmar,” kata dia.

Ia juga berharap ke depan bukan hanya untuk produk minyak goreng saja yang bisa dihilirisasi dari kelapa sawit namun produk lainnya.

“Untuk sawit turunannya banyak bisa untuk produk makanan dan juga kecantikan serta lainnya. Harapan bukan hanya PT Wilmar dan produk minyak goreng saja namun lainnya,” kata dia.

Sementara itu, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia(Gapki ) Cabang Kalbar mencatat bahwa produksi sawit di Kalbar dari Januari – April 2020 sebanyak 694.120 ton.

“Sejalan dengan gambaran sawit secara nasional dan global, maka kondisi produksi maupun harga di Kalbar juga mengalami fluktuasi di mana produksi sawit pada bulan Januari – April 2020 tercatat 694.120 ton,”ujar Ketua Gapki Kalbar, Purwati Munawir.

Ia menyebutkan untuk secara nasional gambaran produksi CPO bulan April 2020 naik 12,6 persen dibandingkan produksi bulan Maret 2020. Sedangkan konsumsi dalam negeri turun 6,6 persen, ekspor turun 2,8 persen dan harga CPO turun dari rata-rata USD 636 pada bulan Maret menjadi USD 516 per ton Cif Rotterdam pada bulan April.

“Demikian pula nilai ekspor turun 10 persen dari 1,82 miliar dolar menjadi 1,64 miliar dolar,” kata dia.

Terkait harga, Ia menyebutkan bahwa untuk harga Tanda Buah Segar (TBS) Sawit periode (I) bulan Mei Rp1.503/kg turun dibandingkan dengan bulan Januari atau sebelum wabah COVID-19 yang saat itu capai Rp1.975/kg.

“Walaupun jika dibandingkan pada periode Mei 2019 yaitu Rp1.239/kg harga TBS Mei periode (1) 2020 relatif lebih baik,demikian juga harga CPO per Mei 2019 Rp6.293/kg dibandingkan harga CPO pada bulan Mei 2020 sebesar Rp7.062/kg,” katanya.





Sumber

Klik untuk berkomentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending

Ke Atas