Kehidupan selama pandemi merupakan suatu keadaan yang mengubah hidup kita. Pandemi Covid-19 ini memberikan dampak tersendiri untuk beberapa orang. Mulai dari aspek ekonomi, aspek psikologis, sampai dengan aspek kesehatan. Pandemi memberikan rasa takut dan cemas di sebagian besar orang, bahkan terkadang lebih besar daripada penyakitnya itu sendiri.
Bukan saya mengatakan bahwa Covid-19 merupakan hal yang tidak berbahaya. Tentu kita tahu angka morbiditas (angka kesakitan) dan angka mortalitas (angka kematian) Covid-19 besar di Indonesia.
Sudah banyak keluarga yang saya kenal yang terdampak, dari gejala ringan sampai berat. Sudah banyak teman-teman saya yang bercerita keadaan di lapangan. Namun salah satu hal yang perlu kita waspadai adalah ketakutan akan pandemi itu sendiri.
Ketakutan atas pandemi mungkin memberikan efek positif untuk menghalangi seseorang keluar rumah pada saat keadaan yang tidak begitu perlu, karena adanya risiko penularan dari orang yang tidak bergejala di luar sana. Namun tentunya hal ini juga memberikan efek negatif, di mana orang-orang menjadi menunda pengobatan ke dokter.
Baca juga: Penyandang Diabetes Harus Tetap ke Dokter Selama Pandemi
Alami Gejala ini Jangan Menunda ke Rumah Sakit
Berbagai gejala penyakit dianggap sebagai suatu gejala yang ringan, karena menghindari untuk berobat ke dokter di masa pandemi ini. Suatu jurnal di Amerika pun mengatakan terdapat penurunan kasus stroke sebanyak 40% di rumah sakit, bukan karena kasus tersebut tidak ada, namun ketika mengalami gejala tersebut, mereka tidak mau ke rumah sakit. Tentunya penundaan ini memberikan efek bertambahnya derajat penyakit yang sedang berjalan.
Oleh karena itu, berikut adalah beberapa keadaan yang tidak seharusnya menyebabkan penundaan ke rumah sakit, sehingga tidak memperlambat terapi dan memberikan kesempatan sembuh yang lebih baik.
1. Serangan jantung
Serangan jantung bisa memberikan gejala berupa nyeri menekan pada dada sebelah kiri, dengan karakteristik nyeri yang tidak spesifik (jika ditanya lokasinya, tidak bisa menunjuk di satu titik tertentu), seperti ditekan atau ditindih, bisa menyebar sampai rahang atau lengan kiri.
Namun terkadang gejala tidak spesifik juga didapatkan berupa nyeri ulu hati, mual, rasa lesu dan lemas. Oleh karena mungkin gejala yang muncul berupa gejala yang non spesifik, ketika mengalami gejala tersebut, terutama di usia di atas 40 tahun, dengan riwayat penyakit hipertensi, diabetes, obesitas, riwayat kadar kolesterol dan lemak yang tinggidan merokok, disarankan untuk mencari pengobatan di rumah sakit.
Baca juga: Gejala Serangan Jantung Ringan Mirip Masuk Angin!
2. Stroke dan hipertensi
Stroke merupakan keadaan tersumbatnya atau pecahnya pembuluh darah di otak. Biasanya pada keadaan stroke juga didapatkan adanya tekanan darah yang tinggi. Gejala khas stroke merupakan adanya kelemahan di satu sisi (lengan dan kaki di satu sisi tidak bisa digerakkan), bicara menjadi cadel, adanya ketidaksimetrisan wajah, kebas, baal, atau kesemutan satu bagian tubuh, rabun, pandangan kabur tiba-tiba, serta adanya nyeri kepala hebat, serta pusing berputar.
3. Kejang
Terutama untuk kejang pertama kali, kejang demam yang berlangsung lebih dari 5 menit, serta adanya keadaan tidak sadar setelah kejang. Kejang juga bisa disebabkan oleh ketidakseimbangan antara berbagai garam tubuh.
4. Demam selama lebih dari 5 hari
Demam umumnya merupakan suatu tanda adanya infeksi di dalam tubuh. Umumnya demam karena infeksi virus membutuhkan 3-5 hari dan bisa sembuh selama imunitas terjaga. Namun jika lebih dari 3-5 hari, baiknya dievaluasi untuk kemungkinan infeksi bakteri, keganasan, maupun autoimun.
5. Dehidrasi
Dehidrasi merupakan keadaan kekurangan cairan yang mungkin disebabkan oleh diare, muntah terus-menerus. Dehidrasi berat berkepanjangan bisa memberikan akibat fatal, bahkan sampai dengan kematian.
Baca juga: Kejang Pada Anak: Bagaimana Mengatasinya?
